"Di barat, aku lihat Islam tanpa Muslim, di Timur aku lihat Muslim tanpa Islam." -Syed Qurtubi-
Ramai yang mengaku Islam tapi sekadar nama. Tengok pakaian dan perlakuan sudah cukup untuk membenarkan kenyataan ni.
Sebenarnya untuk menjadi insan yang bertaqwa adalah suatu yang perit dan payah. Bukan hanya dengan ucapan dan amalan semata-mata. Meskipun lidah tidak henti-henti berzikir dan ibadah yang begitu sempurna dan tertib, namun belum pasti ia benar-benar mulia di sisi Allah s.w.t. Sesungguhnya yang perlu diperhatikan adalah perjalanan hati kita. Di situlah petunjuk dan hidayah Allah ke atas setiap manusia. wallahua'lam
Sunday, November 20, 2011
Friday, November 18, 2011
TANDA ORANG YANG TELAH DITERIMA TAUBATNYA.
Seorang ahli hikmah pernah di tanya tentang taubat yang dilaksanakan oleh seorang hamba: "Adakah hamba itu boleh mengatahui bahawa taubatnya di terima atau tidak?". Lalu dia menjawab dengan mengatakan bahawa beliau tidak boleh memberi ketentuan tentang hal itu kemudian beliau memberitahu sekadar tanda-tanda sahaja. Iaitu :
1- (Hamba yang telah bertaubat itu) melihat bahawa dirinya masih belum suci dari dosa.
2- Dia melihat bahawa perasaan gembira telah hilang dari hatinya, lalu datang perasaan sedih.
3- Dia suka mendekati orang-orang yang baik dan menjauhi dari orang-orang yang jahat.
3- Walau pun sedikit rezeki yang diperolehi di dunia, tetapi dia tetap melihatnya banyak. Walaupun banyak amal akhiratnya, tetapi dia tetap melihatnya masih sedikit.
5- Dia melihat dirinya tetap sibuk melaksanakan kewajipannya terhadap Allah SWT dan tidak sedikit pun dia menguruskan rezekinya yang telah dijamin oleh Allah SWT.
6- Dia sentiasa menjaga lidah, selalu tafakur serta tetap dalam keadaan sedih dan menyesal
1- (Hamba yang telah bertaubat itu) melihat bahawa dirinya masih belum suci dari dosa.
2- Dia melihat bahawa perasaan gembira telah hilang dari hatinya, lalu datang perasaan sedih.
3- Dia suka mendekati orang-orang yang baik dan menjauhi dari orang-orang yang jahat.
3- Walau pun sedikit rezeki yang diperolehi di dunia, tetapi dia tetap melihatnya banyak. Walaupun banyak amal akhiratnya, tetapi dia tetap melihatnya masih sedikit.
5- Dia melihat dirinya tetap sibuk melaksanakan kewajipannya terhadap Allah SWT dan tidak sedikit pun dia menguruskan rezekinya yang telah dijamin oleh Allah SWT.
6- Dia sentiasa menjaga lidah, selalu tafakur serta tetap dalam keadaan sedih dan menyesal
Wednesday, November 16, 2011
Memenuhi Panggilan Allah
Sedikitnya ada tiga panggilan Allah yang wajib dipenuhi oleh hamba-hamba-Nya. Pertama, panggilan shalat, yaitu ketika azan berkumandang lima waktu sehari semalam. Seruan lima kali sepanjang 24 jam ini terus menggema susul-menyusul bergantian dari satu masjid ke masjid lainnya. Selesai dari negeri yang satu, berpindah ke belahan bumi yang lain, berputar terus selama bumi masih berotasi mengelilingi porosnya. “Allahu akbar … Allahu akbar …!”
Sahabat Ibnu Abbas adalah orang yang sering kali menangis manakala mendengar panggilan azan bergema. Serbannya sering basah oleh tetesan airmatanya yang terus mengalir mengiringi alunan suara sang muazin. Ketika ada yang menanyakan mengapa sampai begitu? Ibnu Abbas menjawab, “Seandainya semua orang tahu makna seruan muazin itu, pasti tidak akan dapat beristirahat dan tak akan dapat tidur nyenyak.” Kalimat Allahu akbar saja mengandung makna panggilan kepada orang beriman yang sedang sibuk mengurusi harta duniawi agar berhenti sejenak, menyambut seruan itu. Mengistirahatkan badan dan segera beramal demi meraih kepentingan dan keuntungan hakiki.
Kedua, panggilan haji. Allah menyeru di dalam firman-Nya: “Dan, berserulah kepada manusia untuk mengerjakan haji, niscaya mereka akan datang kepadamu dengan berjalan kaki, dan mengendarai unta yang kurus yang datang dari segenap penjuru yang jauh …” (QS al-Hajj [22] : 27).
Oleh karena itulah, mereka yang menunaikan ibadah haji menjawab seruan itu dengan kalimat talbiah, “Aku penuhi panggilan-Mu, ya Allah, aku penuhi. Aku penuhi panggilan-Mu, tiada sekutu bagi-Mu, aku penuhi penggilan-Mu. Sesungguhnya segala puji, nikmat, dan kekuasaan hanyalah milik-Mu semata, tiada sekutu bagi-Mu.”
Ketiga, panggilan kematian. Sifat manusia sering kali menunda-nunda panggilan azan. Begitu juga ketika panggilan haji telah tiba, ia pun belum tergerak memenuhinya, walau sudah mampu. Akan tetapi, terhadap panggilan yang satu ini, tidak ada satu pun yang sanggup menghalanginya, apalagi menundanya. Malaikat Izrail, sang pencabut nyawa, atas perintah Tuhannya akan melaksanakan perintah Allah. Ia tidak akan mempercepat walau sesaat jika belum tiba saatnya. Juga tidak akan mengulur waktu walau sedetik apabila sudah datang waktunya.
“Dan Allah sekali-kali tidak akan menangguhkan (kematian) seseorang apabila datang waktu kematiannya. Dan, Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (QS al-Munafiqun [63]: 11).
Dalam ayat lainnya, Allah SWT juga sering mengingatkan umat manusia untuk senantiasa memperhatikan seruan-Nya, mengerjakan segala perintah-Nya, dan menjauhi seluruh larangan-Nya.
Dengan penuh kesadaran diri dan keinsafan iman, marilah kita penuhi panggilan Allah berupa azan shalat saat memanggil, dan panggilan haji ke tanah suci bila kita telah mampu menunaikannya.
Demikian juga panggilan-panggilan yang lain, seperti panggilan dakwah, panggilan jihad, dan panggilan kebaikan lainnya. Sebelum datang panggilan Allah yang tidak dapat ditawar-tawar lagi kehadirannya, yakni panggilan kematian. Sementara mereka yang masih hidup pun hanya sanggup berucap, “Inna lillahi wa inna ilaihi raji’un.” Sesungguhnya kami adalah milik Allah dan sesungguhnya kepada-Nyalah kami kembali.
Subscribe to:
Posts (Atom)