Assalamualaikum wbt..
Dengan Nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang..
Atas namamu Ya Allah.. Apa khabar sahabat-sahabat dirahmati Allah s.w.t?? Semoga setiap nafas diiringi bersama nama Allah, agar kalimah Allah terus meresap ke segenap sel-sel di dalam badan kita yang semuanya sedang bertasbih memuji Allah.. Subhanallah!! Alangkah indahnya jika setiap hari kita sentiasa fokus untuk berjuang di jalan Allah.. tidak ada cita-cita dan impian untuk diri sendiri tapi hanyalah semata-mata untuk Allah. Alangkah indahnya.. amin ya Allah.
Hari ini, sukar untuk menceritakan kisah percintaan yang dihalalkan oleh syariat islam. Hal ini disebabkan zaman sekarang, kebanyakan bahan bacaan dan media memaparkan bentuk percintaan yang menyalahi konsep agama. Jika ada pelajar yang bertanya “Ada tak kisah percintaan yang baik?” “Bagaimana para sahabat atau tabi’in dulu bercinta?”. Persoalan ini membuatkan saya sering tercari-cari kisah mereka. Kisah yang wajar dan sesuai dikaitkan dengan persoalan cinta dan kebahagiaan.
Setelah saya mencari, rupanya banyak kisah yang mampu diteladani dalam mencari cinta dan kebahagiaan. Justeru, saya memetik kisah mubarak untuk dipaparkan kepada ukhwatifillah. InsyaALLAH dari kisah ini, ada suatu nilai yg boleh kita bandingkan dengan situasi percintaan pada hari ini.
KISAH MUBARAK
Mubarak adalah bapa kepada Abdullah bin Mubarak iaitu seorang Imam dalam ilmu hadis. Namanya Mubarak. Dulu, Mubarak itu seorang budak. Tuannya memerdekakannya kerana keluhuran pekerti dan kejujurannya. Setelah merdeka, dia bekerja dengan seorang yang kaya raya dan memiliki kebun delima yang sangat luas. Dia bekerja sebagai penjaga kebun itu. Keramahan dan kehalusan tutur sapanya, membuatkan dia disenangi semua teman-temannya dan penduduk di sekitar kebun.
Suatu hari pemilik kebun itu memanggilnya dan berkata, “Mubarak, tolong petikkan buah delima yang manis dan masak!” Mubarak terus bergegas ke kebun. Dia memetik beberapa buah dan membawanya kepada Tuannya. Dia menyerahkan kepada Tuannya. Majikannya mencuba delima itu dengan penuh semangat. Namun apa yang terjadi, ternyata delima yang dipetik Mubarak rasanya masam dan belum masak. Dia mencuba semuanya satu persatu, semuanya kecut dan belum masak.
Pemilik itu gusar dan berkata, ”Apakah kau tidak biasa membezakan mana yang masak dan yang belum masak? Mana yang manis dan mana yang masam?”
“Maafkan saya Tuan, saya sama sekali belum pernah merasakan delima. Bagaimana saya biasa merasakan yang manis dan yang masam,” jawab Mubarak.
“Apa? Sekian tahun kamu bekerja di sini dan menjaga kebun delima yang luas sebegini lalu kau bilang belum pernah merasakan buahnya. Kau berani berkata seperti itu!” Pemilik kebun itu marah kerana merasakan dirinya dipermainkan.
“Demi Allah Tuan, saya tidak pernah merasai satu butir buah delimapun. Bukankah anda hanya memerintahkan saya menjaganya dan tidak memberi izin pada saya untuk merasainya?” ujar Mubarak.
Mendengar ucapan itu pemilik kebun itu tersentak. Namun dia tidak terus percaya begitu saja. Dia lalu pergi bertanya kepada teman-teman Mubarak dan tetangga di sekitarnya tentang kebenaran ucapan Mubarak. Teman-temannya mengakui bahawa mereka tidak pernah melihat Mubarak makan buah delima.
Seorang temannya bersaksi, “Dia orang yang jujur, selama ini tidak pernah berbohong. Jika dia tidak pernah makan satu buahpun sejak bekerja di sini bererti itu benar.”
Kejadian itu benar-benar menyentuh hati sang pemilik kebun. Diam-diam dia kagum dengan kejujuran pekerjanya itu. Untuk lebih meyakinkan dirinya, dia kembali memanggil Mubarak,
“Mubarak, sekali lagi, apakah benar kau tidak makan satu buahpun selama menjaga kebun ini?”
“Benar Tuan.”
“Berilah aku alasan yang bisa aku terima!”
“Aku tidak tahu apakah tuan akan menerima penjelasanku atau tidak. Saat aku pertama kali aku datang untuk bekerja menjaga kebun ini, tuan mengatakan tugas saya hanya menjaga. Itu akadnya. Tuan tidak mengatakan aku boleh merasakan delima yang aku jaga. Selama ini aku menjaga agar perutku tidak dimasuki makanan yang syubhat apalagi haram. Bagiku karena tidak ada izin yang jelas dari tuan, maka aku tidak boleh memakannya.”
“Meskipun itu delima yang jatuh di tanah, Mubarak?” Tanya tuan kebun.
“Ya, meskipun delima yang jatuh di tanah. Sebab itu bukan milikku, tidak halal bagiku. Kecuali jika pemiliknya mengizinkan aku untuk memakannya.”
Kedua mata pemilik kebun itu berkaca-kaca. Dia sangat tersentuh dan terharu. Dia mengusap air matanya dengan sapu tangan dan berkata,
“Hai Mubarak, aku hanya memiliki seorang anak perempuan. Menurutmu aku wajar mengahwinkannya dengan siapa?”
Mubarak menjawab,
“Orang-orang Yahudi mengawinkan anaknya dengan seseorang karena harta. Orang Nasrani mengahwinkan karena keindahan rupa paras. Dan orang Arab mengahwinkan anaknya karena nasab dan keturunannya. Sedangkan orang Muslim mengahwinkan anaknya pada seseorang kerana melihat iman dan taqwanya. Anda tinggal memilih, mahu masuk golongan yang mana? Dan kahwinkanlah puterimu dengan orang yang kau anggap satu golongan denganmu.”
Pemilik kebun berkata,”Aku rasa tak ada orang yang lebih bertaqwa darimu.”
Akhirnya pemilik kebun itu mengahwinkan puterinya dengan Mubarak. Puteri pemilik kebun itu ternyata gadis cantik yang solehah dan cerdas. Dia hafal kitab Allah dan mengerti sunah Nabi-Nya. Dengan kejujuran dan ketaqwaan, Mubarak memperoleh nikmat yang agung dari Allah Swt. Dia hidup dalam syurga cinta.
Dari percintaan pasangan mulia itu lahirlah seorang anak lelaki yang diberi nama “Abdullah”. Setelah dewasa anak ini dikenal dengan sebutan “Imam Abdullah bin Mubarak” atau “Ibnu Mubarak”, seorang ulama dikalangan tabi’in yang sangat terkenal. Selain dikenal sebagai ahli hadis, Imam Abdullah bin Mubarak juga dikenal sebagai ahli zuhud. Kedalaman ilmu dan ketaqwaannya banyak diakui ulama pada zamannya.
Wahai ibu-bapa sekalian, awasilah putera puterimu.. Pantaulah dengan siapa mereka berkawan?? hiasilah akhlak mereka sepetimana yg diperintahkan oleh Allah.. InsyaALLAH yg paling berharga adalah disisi Allah swt..
Benarlah Firman ALLAH~(An-Nur:30-31)
katakanlah kepada laki2 yg beriman, agar mereka menjaga pandangannya dan memelihara kemaluannya.. yg demikian itu lebih suci bagi mereka.. sungguh, Allah Maha Mengetahui apa yg mereka perbuat..
katakanlah kepada perempuan yg beriman agar mereka menjaga pandangannya, memelihara kemaluannya, dan janganlah menampakkan auratnya, kecuali yg bisa dilihat.. hendaklah mereka menutup kain kerudung kedadanya, janganlah menampakkan auratnya kecuali kepada suami mereka, ayah mereka, ayah suami mereka, putera2 mereka, putera2 suami mereka, saudara lelaki mereka, putera saudara lelaki mereka, putera saudara perempuan mereka, perempuan islam, hamba sahaya yg mereka miliki, para pelayan lelaki tua yg tdk mempunyai keinginan terhadap perempuan, dan anak2 yg belum mengerti tenteng aurat perempuan.. janganlah meghentakkan kakinya agar diketahui aurat yg mereka sembunyikan.. dan bertaubatlah kamu semua kpd Allah, wahai org2 beriman, agar kamu beruntung..
No comments:
Post a Comment